Lihat post asal...
sekdr membandingkan pendpt yg berbeza & bkn memaksakan pendpt yg sy persetujui kpd mana2 pihak...
sekdr membandingkan pendpt yg berbeza & bkn memaksakan pendpt yg sy persetujui kpd mana2 pihak...
Penjelasan Ulama Tentang Hadits Kullu Bidatin Dholalah
Dalam memahami hadits kullu bidatin dholalah biasa terjadi perbedaan tajam. Tak jarang dari hadits kullu bidatin dholalah umat Islam jadi korban fitnah dari kesalahan memahami hadits kullu bidatin dholalah ini. Untuk memahami hadits kullu bidatin dholalah, sebaiknya kita merujuk kepada pendapat para ulama yang berkompeten, jangan sampai kita sok tahu dengan manfsiri hadits kullu ini seenak udel sendiri.
Berikut ini adalah PENJELASAN PARA ULAMA TENTANG Hadits Kullu Bidatin Dholalah : كل بدعة ضلالة , dijelaskan oleh Al Imam Al Hafidz An Nawawi dalam Syarah Muslim, Al Imam Al Hafidz Ibnu Hajar al Asqolani dalam Fathul Bari, Al Allamah Muhammad Abdur Rouf al Manawi dalam Faidhul Qodir, dan dilanjutkan penjelasannya oleh para ulama Ahlus Sunnah yang lainnya.
Al Imam Al Hafidz An Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan:
قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ هَذَا عَامٌ مَخْصُوْصٌ وَالْمُرَادُ غَالِبُ الْبِدَعِ
Adapun Sabda Rosululloh shollallahualaihi wasallam; wa kullu bidatin dholalah ini adalah dalil Am Makhsush (redaksi umum dengan makna terbatas), dan yang dikehendaki adalah kebanyakan bidah (Syarah muslim, vol.6, hlm. 154)
Selanjutnya beliau berkata :
وَقَدْ أَوْضَحْتُ الْمَسْأَلَةَ بِأَدِلَّتِهَا الْمَبْسُوْطَةِ فِي تَهْذِيْبِ الْأَسْمَاءِ وَالُّلغَاتِ فَإِذَا عُرِفَ مَا ذَكَرْتُهُ عُلِمَ أَنَّ الْحَدِيْثَ مِنَ الْعَامِ الْمَخْصُوْصِ وَكَذَا مَا أَشْبَهَهُ مِنَ الْأَحَادِيْثِ الْوَارِدَةِ, وَيُؤَيِّدُ مَا قُلْنَاهُ قَوْلُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي التَّرَاوِيْحِ نِعْمَتِ الْبِدْعَةُ وَلَا يَمْنَعُ مِنْ كَوْنِ الْحَدِيْثِ عَامًّا مَخْصُوْصًا
Dan sungguh telah aku jelaskan masalah ini (Bidah) berikut dalil-dalinya yang luas dalam kitab Tahdzibul Asma Wal Lughot, ketika telah diketahui apa yang telah kusampaikan, maka sesungguhnya hadits ini adalah hadits al Am al makhsush (umum yang dibatasi), begitu juga dengan hadits-hadits lain yang serupa. Dan apa yang dikatakan Umar bin khotthob rodhiyallohu anhu-, dalam masalah tarowih, yakni Nimatil Bidah, menguatkan pernyataanku dan sama sekali tidak mencegah dari keberadaan hadits (Kullu Bidatin) sebagai hadits Am Makhsush (dalil umum yang dibatasi). (Syarah Nawawi ala Muslim, vol.6, hlm. 155)
Dalam memahami hadits kullu bidatin dholalah biasa terjadi perbedaan tajam. Tak jarang dari hadits kullu bidatin dholalah umat Islam jadi korban fitnah dari kesalahan memahami hadits kullu bidatin dholalah ini. Untuk memahami hadits kullu bidatin dholalah, sebaiknya kita merujuk kepada pendapat para ulama yang berkompeten, jangan sampai kita sok tahu dengan manfsiri hadits kullu ini seenak udel sendiri.
Berikut ini adalah PENJELASAN PARA ULAMA TENTANG Hadits Kullu Bidatin Dholalah : كل بدعة ضلالة , dijelaskan oleh Al Imam Al Hafidz An Nawawi dalam Syarah Muslim, Al Imam Al Hafidz Ibnu Hajar al Asqolani dalam Fathul Bari, Al Allamah Muhammad Abdur Rouf al Manawi dalam Faidhul Qodir, dan dilanjutkan penjelasannya oleh para ulama Ahlus Sunnah yang lainnya.
Al Imam Al Hafidz An Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan:
قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ هَذَا عَامٌ مَخْصُوْصٌ وَالْمُرَادُ غَالِبُ الْبِدَعِ
Adapun Sabda Rosululloh shollallahualaihi wasallam; wa kullu bidatin dholalah ini adalah dalil Am Makhsush (redaksi umum dengan makna terbatas), dan yang dikehendaki adalah kebanyakan bidah (Syarah muslim, vol.6, hlm. 154)
Selanjutnya beliau berkata :
وَقَدْ أَوْضَحْتُ الْمَسْأَلَةَ بِأَدِلَّتِهَا الْمَبْسُوْطَةِ فِي تَهْذِيْبِ الْأَسْمَاءِ وَالُّلغَاتِ فَإِذَا عُرِفَ مَا ذَكَرْتُهُ عُلِمَ أَنَّ الْحَدِيْثَ مِنَ الْعَامِ الْمَخْصُوْصِ وَكَذَا مَا أَشْبَهَهُ مِنَ الْأَحَادِيْثِ الْوَارِدَةِ, وَيُؤَيِّدُ مَا قُلْنَاهُ قَوْلُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي التَّرَاوِيْحِ نِعْمَتِ الْبِدْعَةُ وَلَا يَمْنَعُ مِنْ كَوْنِ الْحَدِيْثِ عَامًّا مَخْصُوْصًا
Dan sungguh telah aku jelaskan masalah ini (Bidah) berikut dalil-dalinya yang luas dalam kitab Tahdzibul Asma Wal Lughot, ketika telah diketahui apa yang telah kusampaikan, maka sesungguhnya hadits ini adalah hadits al Am al makhsush (umum yang dibatasi), begitu juga dengan hadits-hadits lain yang serupa. Dan apa yang dikatakan Umar bin khotthob rodhiyallohu anhu-, dalam masalah tarowih, yakni Nimatil Bidah, menguatkan pernyataanku dan sama sekali tidak mencegah dari keberadaan hadits (Kullu Bidatin) sebagai hadits Am Makhsush (dalil umum yang dibatasi). (Syarah Nawawi ala Muslim, vol.6, hlm. 155)